Friday, 26 September 2014

[Cerpen] Surprise


Surprise
Oleh : Nur Rizky Putri Yuliyana




T
ak ada hari yang spesial bagi Rara. Pagi itu ia masih bermalas-malasan di kamarnya. Yang ia ingat, esok adalah hari ulang tahunnya. Hari dimana ia dilahirkan di dunia, 16 tahun yang lalu.
Pukul 7. Tiba-tiba saja ponsel Rara bergetar. Sebuah pesan singkat.
Ra, lu lagi di rumah nggak? Cepet ke sekolah. Ada rapat mendadak!
Sender : Tania
Rara segera menekan tombol reply.
Serius Tan! Gue nggak tau. Kenapa baru sms sekarang? :O
Send.
Ponselnya bergetar kembali.
Pokoknya lu cepet kesini. Penting!
Sender : Tania
Dengan malas Rara mengambil handuknya. Secepat kilat ia mandi dan mengganti pakaiannya.
“Bu, Rara pergi ke sekolah dulu. Ada rapat mendadak. Assalamu’alaikum...” Rara meminta izin seraya mencium tangan ibunya.
“Walaikumsalam...kalau udah selesai langsung pulang, jangan main!”
“Iya bu...” Seru Rara.
Dengan sigap Rara menuju sekolah dengan menaiki angkutan umum.
Nuansa pada pagi itu terasa teduh, diiringi oleh rintik hujan yang nampaknya masih setia menemani awan putih. Beberapa hari belakangan ini memang musim penghujan, siklus iklim pada bulan itu. Namun, akibat banyaknya frekuensi hujan akan berdampak pada daerah dataran rendah, begitu pun daerah sekitar rumah Rara, maka terjadilah bencana banjir. Banjir! Kemudian macet!
Macet, tampaknya sering dialami oleh Rara. Ia dan teman-temannya sering berjalan kaki, berebut angkutan umum, atau pun sekedar meminta tumpangan pada pengguna jalan lain pabila terjadi kemacetan. Tak ada pilihan lain, akibat jarak rumah mereka menuju sekolah yang terlampau jauh. ‘Bukankah pendidikan itu memang perlu perjuangan?’  Pikirnya.
Pernah suatu ketika, Rara terlambat masuk sekolah karena macet. Ia tiba di sekolah pukul 8, padahal bel masuk pukul 7. Waktu tempuh menjadi satu jam lebih lama. Belum lagi rute mobil yang kesana-kemari. Dampak positifnya, ia menjadi lebih tahu jalan alternatif yang dilewati oleh angkutan umum apabila dalam situasi tersebut.
Dengan usaha keras, Pukul 10, Rara tiba di sekolah. Setelah angkutan umum yang dinaikinya berpetualang melewati jalanan rusak dan berlumpur.
Suasana di sekolah itu cukup ramai. Banyak kakak kelas dan teman se-angkatannya yang mengerjakan tugas kelompok pada hari libur. ‘Ya, beginilah tugas seorang siswa’  Pikirnya. Ia segera mondar-mandir mencari keberadaan Tania dan teman yang lainnya.
Lu dimana? Cepet masuk ke kelas 12 IPS 2. Rapat udah dimulai!
Sender : Tania
Rara menghiraukan pesan singkat itu. Ia memandang kelas yang hanya beberapa meter dari langkah kakinya. Tak ada siapapun. Bahkan, tak terlihat tanda-tanda adanya suatu rapat. Aneh. Ia mulai merasa curiga. Ia merasa seperti ‘dikerjai’.
Bukannya Rara tak senang apabila ada rapat. Hanya saja, tidak dalam kondisi seperti ini. Perjuangan 45-nya untuk mencapai sekolah, berpanas-panasan dalam kemacetan, kepalanya yang sakit akibat membentur atap mobil ketika melewati jalanan yang terjal, serta beberapa kali lipat uang yang harus dikeluarkan untuk membayar jasa angkutan umum. Apalagi hari itu libur sekolah dan ia memang tak memakai seragamnya, tambahlah pula pundi-pundi uang supir angkutan umum itu.
Lima belas menit berlalu. Dengan sabar Rara menunggu di depan ruang kelas itu. Tak ada siapapun. Makin aneh. Ia curiga. Ia seperti ‘dikerjai’.
Sebelumnya, ia melihat Rafi dengan gaya mengendap-ngendap seperti ‘bersembunyi’ dari seseorang. Badannya cukup besar, sehingga dengan mudah terlihat oleh siapa pun yang melihatnya. ‘Mungkin Rafi sedang bermain petak umpet’ Pikirnya kemudian.
Dua puluh menit berlalu. Rara mulai merasa kesal. Feeling-nya makin kuat. Tak heran bila ia menaruh rasa curiga. Ia seperti ‘dikerjai’.
Di koridor sekolah, ia melihat Vina –temannya–  sedang mengerjakan tugas.
            “Vina, lu lihat orang-orang ngumpul di sekitar kelas 12 IPS 2 nggak?” Tanyanya.
            “Kayaknya nggak deh, soalnya dari tadi gue udah disini” Jawab Vina.
            “Ya udah. Thanks ya...” Rara pergi meninggalkan Vina. Kembali ke depan kelas itu.
Rasanya Rara ingin pulang saat itu juga. Namun, ponselnya kembali bergetar.
Ra, lu cepet masuk ke ruangan! Sekarang!
Sender : Tania
Sudah terlalu Aneh. Rara sangat curiga. Ia telah ‘dikerjai’.
Dengan ragu Rara mengintip pintu kelas itu, ada beberapa sinar cahaya dari lilin.
Rara masuk ke kelas itu. Tak ada siapa pun, di ruangan itu hanya ada sebuah kue tiramizu kecil yang di kelilingi oleh beberapa lilin tepat berada di tengah sebuah meja. Suasana yang sunyi, menambah kesan romantis. Di detik itu, ia merasa seperti berada dalam sebuah sinetron dimana dirinya sendiri sebagai pemeran utama. Syahdu. Sangat romantis.
Rara tersadar dari khayalnya. ‘Ada ritual apa ini?’ Deg! Jantung Rara seperti terantuk batu.
“Happy birthday to you! Happy birthday to you! Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you! Selamat ulang tahun Rara!”  Teriak Tania dan teman yang lainnya, termasuk Rafi.
Suasana kelas menjadi gaduh seketika.
“Selamat ulang tahun Rara” Ucap Tania.
“..........” Rara terdiam dan nampak kebingungan.
“Selamat ulang tahun Ra, semoga panjang umur dan se....”
“STOP! Sorry, tapi hari ini gue nggak ulang tahun, tapi besok” Rara tersenyum menahan tawanya. Sedangkan yang lainnya seakan menunduk malu.
“Tapi thanks ya buat semuanya. Lain kali kalo mau ngasih surprise, cari info yang bener” Mereka semua tertawa.
Spechlees. Sangat membingungkan. Hal kecil yang telah terlewatkan. Sungguh kejadian yang aneh dan tak akan terlupakan bagi Rara.






No comments:

Post a Comment